JURNAL PRAKTIKUM PERCOBAAN 2
DECODER
Nurhasanah
100801051
|

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN FISIKA S-1
MEDAN
2013
|
LEMBAR
PERSETUJUAN
Judul
Percobaan :
DECORDER
Kategori :
Jurnal Praktikum Sistem Digital
Nama
:
Nurhasanah
Nomor
Induk Mahasiswa
: 100801051
Program
Studi : Fisika S-1
Departemen
: Fisika
Fakultas
: MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)
Medan,
01 Mei 2013
Asisten; Praktikan;
(Ferdy
Aulia Mirda) (Nurhasanah)
|
TUJUAN
1. Untuk memahami
prinsip kerja dari rangkaian Decoder.
2. Untuk mengetahui
aplikasi dari decorder.
3. Untuk mendemonstrasikan
cara kerja sebuah IC 74138.
BAB 2
LANDASAN TEORI
Suatu system digital
yang menggunakan pengkode diperlihatkan pada gambar 2.2. Pengkodean dalam sistem ini dapat menerjemahkan masukkan desimal dari
papan tombol atau keyboard ke suatu kode BCD 8421. Kita membutuhkan pengkode jenis
dalam percobaan. Pengkode ini oleh perusahaan disebut pengkode prioritas
10-baris-ke-4-pengkode ini.

Gambar 2.1 Sistem Digital
Bila masukan desimal 3 pada pengkode diaktifkan, maka rangkaian logika di
dalam unit tersebut mengeluarkan angka BCD 0011 seperti yang diperlihatkan. Gambaran yang lebih rinci mengenai pengkodean
prioritas 10-baris- ke- 4 baris diperlihatkan pada diagram blok. Diagram
hubungan yang dibuat oleh National Semiconductor yang memperlihatkan pengkode
prioritas 10-baris-ke-4-baris 74147. Penampilan bilangan-bilangan biner dari
sandi BCD menjadi bilangan decimal selain dalam tabung angka (nixie tube) yang
sudah berbentuk angka – angka decimal dari 0 sampai 9 maupun pada keluaran A sampai D.
Adanya gelembung
pada masukan 1 sampai 9 maupun pada keluaran A sampai D berarti
pengkodean prioritas 74147 mempunyai masukan rendah aktif ataupun keluaran
rendah aktif. Jika diperhatikan bahwa keluaran yang sesuai hanya diaktifkan oleh
taraf logika rendah (L pada tabel kebenaran IC tersebut).
Keadaan
aktif untuk keluaran pada IC ini juga merupakan
rendah. Pengkodean 74147 memiliki ciri-ciri utama. Di sini
maksudnya bila dua masukan bekerja dalam waktu yang sama, hanya pada angka yang
besar terjadi pengkodean, untuk kedua masukan 4 dan 9 bekerja (RENDAH selanjutnya
keluaran seharusnya LHHL, dengan pernyataan 9 desimal. Perlu diperhatikan
keluaran memerlukan komponen (pembalik) dari 100 sebagai bilangan biner. IC ini
terdiri ari kira-kira 30 gerbang logika.
Tahapan umum
decode dari bahasa mesin ke bilangan desimal diberikan pada sistem seven
segmen. Peralatan keluaran yang sangat umum digunakan untuk menayangkan
bilangan desimal adalah peragaan tujuh segmen.
Beberapa paket
penayang tujuh segmen yang umum ditampilkan pada LED tujuh segmen. Peraga tujuh
segmen dapat disusun dengan masing-masing segmen berupa suatu bilangan tipis
yang menyala. Jenis unit ini disebut peragaan pijar dan sama dengan lampu
biasa. Penayang jenis lain adalah tabung lucut gas ( gas
discharge tube ), yang beroperasi pada tegangan tinggi. Tabung ini memancarkan cahaya berwarna merah jingga. Suatu peraga yang
berpendar mengeluarkan cahaya berwarna hijau bila menyala dan beroperasi pada
tegangan rendah. Peraga kristal cairan (LCD, liquid crystal display) yang lebih
baru, menhasilkan angka dengan warna hitam atau warna perak. Peraga LED yang
biasa, mengeluarkan karakteristik sinar yang berwarna merah bila dalam keadaan
menyala.
Seperti
pengkode, pendekode juga merupakan suatu penerjemah kode. Pada umumnya orang
menggunakan kode desimal untuk menyatakan angka. Rangkaian sistem digital dalam
kalkulator atau komputer kebanyakan menggunakan kode biner untuk menyatakan
angka. Banyak kode lain yang digunakan dalam suatu sistem digital untuk
menyatakan angka, bahkan huruf dari alfabet. Sebuah decoder adalah
rangkaian logika yang menerima input-input biner dan mengaktifkan salah satu outputnya
sesuai dengan urutan biner inputnya.
Penerjemahan
rangkaian digital, yang mengubah kode satu ke kode yang lain, digunakan suatu
dekoder dan enkoder dalam sistem digital. Pengkode tersedia dalam beberapa varitas, contoh pendekode Gray BCD 8421 dan ekses-3. Pendekode lain yang tersedia adalah pengubah
BCD, pengubah BCD ke biner, 4 ke 16 baris pengkode dan 2 ke 4 baris pengkode.
Pengkode lain yang tersedia adalah pengubah BCD, pengubah BCD ke biner, 4 ke 16
baris pengkode dan 2 ke 4 baris pengkode. Pengkode lain yang tersedia adalah
bilangan desimal ke octal 8 ke 3 baris utama pengkode.
Pengkode,
seperti halnya pengkode juga merupakan rangkaian logika gabungan dengan
beberapa masukan dan keluaran. Kebanyakan pengkode berisi 20 sampai 50 gerbang.
Kebanyakan pengkode dan pendekode dipaketkan dalam paket IC tunggal.
( Roger L.Tokheim, 2006 )
Jantung dari
setiap komputer adalah unit aritmatik
logika (arithmetic logic unit = ALU). ALU melakukan semua operasi matematik
yang terjadi di dalam komputer, termasuk penambahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian. Satu-satunya operasi matematik yang diperlukan adalah penambahan.
Semua operasi yang lain dapat dicapai dengan variasi proses penambahan.
Kombinasi logika dapat dirancang untuk melakukan semua fungsi arithmatik.
Decoder adalah rangkaian logika kombinasi yang mengenal adanya bilangan biner spesifik.
Pada elektronika digital, kita sering perlu merubah bilangan biner menjadi
beberapa format bilangan yang lain. Aplikasi decoder yang umum adalah mengkonversi
bilangan biner menjadi format bilangan yang diperlukan untuk mengaktifkan
segmen yang cocok pada tampilan decimal tujuh segmen. Gambar decoder binary-to-seven segmen menunjukkan rangkaian decoder yang
digunakan untuk merubah kode biner 4 bit menjadi digit decimal yang cocok. Bilangan
yang dikode biner dimasukkan pada rangkaian dengan menekan tombol tekan NC yang
cocok. Decoder menterjemahkan bilangan biner yang datang dan menghasilkan
output yang menggerakkan tampilan LED common-anoda tujuh segmen. Untuk
mendapatkan setiap digit dari nol sampai dengan sembilan pada tampilan LED,
masukkan kode bilangan biner yang tepat dengan menggunakan tombol tekan.
(Frank Petruzella, 1996)
Untai
kombinasional adalah untai yang level logika keluarannya tergantung pada
kombinasi dari level logika masukannya. Untai logika kombinasional tidak
memiliki sifat memori, maka nilai kini (current) keluarannya hanya tergantung
pada nilai kini masukan yang diberikan. Untai logika kombinasional yang akan
dibahas adalah mengenai untai encoder dan decoder.
Encoder
(penyandi) adalah untai kombinasional yang digunakan untuk membangkitkan kode
biner keluaran untuk n masukan yang berbeda. Cacah bit (m) yang diperlukan
untuk membangkitkan kode keluaran harus memenuhi relasi. : 2m ≥ n. Sebagai contoh encoder
untuk keypad (papan tombol) telefon. Setiap saklar pada keypad mempunyai jalur
masukan yang terpisah ke encoder. Bila saklar ditekan memberikan 0 dan bila
tidak ditekan memberikan 1. Pada masukan gerbang OR ada symbol negasi (o) yang
merupakan symbol komplemen. Bila cacah tombol (key) lebih banyak maka
diperlukan gerbang OR dengan masukan yang lebih banyak. Untuk papan tombol
(keyboard) dengan banyak tombol, teknik penyandian (encoding) yang umum adalah
dengan menggunakan mikrokomputer.
Decoder
adalah untai yang mengkonversi kode masukan biner n bit menjadi 2n
jalur keluaran yang berbeda. Decoder sering dirancang menggunakan masukan
enable (bolehan) yang memungkinkan beberapa decoder dapat dihubungka secara
kaskade (beruntun) dan juga sebagai demultiplekser. Decoder ini akan mendekode
(mengawasandi) kode masukan bila masukan enable EN adalah 0 dan tidak mendekode
kode masukan bila masukan EN adalah 1. Karena masukan enable harus 0 agar
decoder mendekode masukan kode, maka jalur masukan bolehan pada setiap gerbang
terdapat simbol negasi.
(Thomas Sri Widodo, 2007)
Suatau rangkaian pengubah suatu pesan bermakna
(misal decimal) menjadi satu sandi tertentu (missal biner) disebut encoder (penyandi).
Sedangkan, sebaliknya, rangkaian pengubah suatu sandi tertentu kembali menjadi
makna yang sebenarnya disebut dekoder (pembaca sandi). Kita telah
terbiasa dan akrap dengan system bilangan decimal dan karenanya system ini
dianggap sebagai sandi yang paling bermakna. Dalam design digital biasa
menampilkan bilangan dalam bentuk decimal. Sedangkan sedangkan proses komputasi
dalam mesin bentuk digital dalam bentuk biner. Jika hasil komputasi tetap
ditampilkan dalam bentuk biner, kita mengalmi hambatan atau bahkan sulit
memahaminya, karena kita tidak terbiasa dengan bilangan yang tampil dalam
bentuk biner. Jadi tampilan decimal lebih mudah dipahami daripada tampilan
biner. Oleh karena itu diperlukan suatu cara penyandian dari biner ke decimal
dan sebaliknya. Sebagai contoh bilangan decimal 25 dan 43 masing–masing
disandikan sebagai berikut : 2510 = 110012 ;
4310 = 1010112 .
Kita lihat bahwa sembarang bilangan decimal
dapat disajikan dalam bentuk biner yang setara. Sekelompok 0 dan 1 dalam bentuk
biner dapat dipikirkan sebagai penggambaran sandi suatu bilangan decimal. Dua
contoh diatas memperlihatkan bahwa setiap angka biner mempunyai nilai sesuai
dengan posisinya (satuan, duaan, empatan, dan seterusnya). Dalam contoh diatas
semua digit bilangan decimal disandikan langsung, atau sebaliknya semua
pernyataan biner menyandikan suatu bilangan decimal, jadi bukan digit perdigit
yang disandikan.
Dalam bentuk
jenis lain bilangan-bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 disandikan
sendiri-sendiri. Dengan demikian untuk menyatakan bilangan decimal lebih dari
satu digit,maka setiap digitnya disandikan sendiri. Salah satu system sandi
yang cukup terkenal adalah BCD atau decimal yang disandikan biner. Karena digit
decimal yang terbesar adalah 9, maka diperlukan 4 bit biner untuk menyandi
setiap digit. Susunan 4 bit biner tersebut menghasilkan 6 kombinasi yang
berbeda, tetapi hanya diperlukan 10 kombinasi diantaranya.
Sandi Excess-3
(XS-3). Jenis sandi XS-3 ini seperti BCD, terdiri dari kelompok 4 bit untuk
melambangkan sebuah digit decimal. Sandi Xs-3 untuk bilangan decimal dibentuk
dengan cara yang sama seperti BCD kecuali bahwa 3 ditambahkan pada setiap digit
decimal sebelum penyandian ke binernya. Misalkan untuk menyandi bilangan
decimal 5 dalam XS-3, pertama kali menambahkan 3 kepada 5 yang menghasilkan 8,
kemudian 8 disandikan ke dalam biner 4 bit yang setara, yaitu 1000. 5 + 3 = 8 1000.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Peralatan dan Komponen
3.1.1
Peralatan
1.
Power Supply 5 V DC
Berfungsi sebagai sumber tegangan DC
2.
Jumper
Berfungsi sebagai penghubung komponen dengan komponen pada rangkaian
3.
Penjepit buaya
Berfungsi sebagai penghubung antara sumber tegangan ke rangkaian
4.
Saklar
Befungsi sebagai input dengan masukan high dan low
5.
Protoboard
Berfungsi sebagai tempat merangkai rangkaian sementara
3.1.2 Komponen
1.
IC 74138
Berfungsi sebagai pengubah
biner ke desimal decoder dengan 3 masukan 8 keluaran
2.
Resistor 330 Ω ( 8 buah )
Berfungsi sebagai hambatan dalam rangkaian
3.
LED ( 8 buah )
Berfungsi sebagai indikator
adanya inputan dari IC 74138
3.2 Prosedur Percobaan
- Dirangkai rangkaian sesuai dengan gambar berikut :

- Dihubungkan rangkaian yamg telah di rangkai seperti point no 1 ke PSA yang memiliki besar tegangan 5 volt.
- Dihidupkan PSA 5 volt.
- Divariasikan kode G1 (X), G2 (H), C (X), B (X), A(X)
- Dicatat hasilnya pada kertas data.
- Dilanjutkan dengan kode yang berbeda.
BAB
IV
HASIL
PERCOBAAN DAN ANALISIS
4.1 Data Percobaan
Inputs
|
Outputs
|
|||||||||||
Enable
|
Select
|
|||||||||||
G1
|
G2
(note 1)
|
C
|
B
|
A
|
Y0
|
Y1
|
Y2
|
Y3
|
Y4
|
Y5
|
Y6
|
Y7
|
X
|
H
|
X
|
X
|
X
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
L
|
X
|
X
|
X
|
X
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
L
|
L
|
L
|
L
|
L
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
L
|
L
|
L
|
H
|
H
|
L
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
L
|
L
|
H
|
L
|
H
|
H
|
L
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
L
|
L
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
L
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
L
|
H
|
L
|
L
|
H
|
H
|
H
|
H
|
L
|
H
|
H
|
H
|
H
|
L
|
H
|
L
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
L
|
H
|
H
|
H
|
L
|
H
|
H
|
L
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
L
|
H
|
H
|
L
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
L
|
Medan, 01 Mei 2013,
Asisten, Praktikan,
(FERDY AULIA MIRDA ) (NURHASANAH)
4.2 Analisa Data
1. Jelaskan
cara kerja rangkaian decoder dan bandingkan dengan data percobaan yang
diperoleh.
Jawab:
Cara kerja
decoder adalah membaca kode dari rangkaian logika yakni bilangan-bilangan biner
dan mengartikannya ke bilangan desimal. Rangkaian Decoder akan membaca input dari Enable dan Select lalu
akan mengkonversinya dari biner ke decimal dan mengoperasikan bilangan-bilangan
input tersebut dengan gerbang logika, maka hasil dari kombinasi inputnya berupa
1 atau 0. Karena pada rangkaian Decoder menggunakan polaritas aktif Low maka
jika outpunya 0 (Low) lampu LED akan menyala, jika outputnya 1 (High) maka lampu LED akan padam, dan hasilnya
sesuai dengan data hasil praktikum.
2.
Rancanglah rangkaian decoder untuk masukkan 4 bit dan keluaran 16 dengan
menggunakan komputer.
Jawab:

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan
dapat dibuktikan bahwa prinsip kerja decoder adalah membaca kode dari rangkaian
logika yakni bilangan-bilangan biner dan mengartikannya ke bilangan desimal. Rangkaian
Decoder akan membaca input dari Enable
dan Select lalu akan mengkonversinya dari biner ke decimal dan mengoperasikan
bilangan-bilangan input tersebut dengan gerbang logika, maka hasil dari
kombinasi inputnya berupa 1 atau 0. Karena pada rangkaian Decoder menggunakan
polaritas aktif Low maka jika outpunya 0 (Low) lampu LED akan menyala, jika
outputnya 1 (High) maka lampu LED akan
padam, dan hasilnya sesuai dengan data hasil praktikum.
2.
Aplikasi decoder yang dapat ditemukan dalam kehidupan antara lain yakni decoder
matrix, seven segmen, pengontrol traffic light, pengalamatan memori I/Q dan
lain sebagainya.
3. Dari
hasil percobaan dapat diketahui sebuah IC 74138 memilki diagram koneksi adalah
sebagai berikut :

Dan dalam percobaan dengan
menggunakan IC 74138 ini memakai prinsip diode aktif low, yaitu saat diberi logika 0 maka LED akan menyala
(hidup), saat diberi logika 1 maka LED tidak akan hidup (mati).
5.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan
mengerti fungsi kaki- kaki pada masing- masing
IC
2. Sebaiknya praktikan
mengerti cara merangkai pada protoboard
3. Sebaiknya praktikan
mengerti prinsip kerja decoder
DAFTAR PUSTAKA
Petruzella,
Frank. 1996. Elektronika Industri.
Yogyakarta : Andi.
Tokheim, Roger. 2006. Elektronika Digital. Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.
Widodo, Thomas Sri.2007. Teknik
Digital Digital Prinsip dan Aplikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
GAMBAR PERCOBAAN

TUGAS PERSIAPAN
DECODER
NAMA : NURHASANAH
NIM : 100801051
KELOMPOK : V
1.
Tulis
dan jelaskan aplikasi dari decoder dan jelaskan.
Jawab :
Rangkaian
Decoder Stereo. Dalam transmisi FM stereo saluran kiri dan kanan secara
aljabar dikodekan menjadi (kiri + kanan) dan perbedaan (kiri-kanan) sinyal. Hal
ini dilakukan untuk membuat penerima FM mono yang kompatibel dengan transmisi
stereo. Penerima mono akan mereproduksi jumlah saluran kiri
Rangkaian Tuner
FM Peka. Mendengarkan siaran radio FM, baik mendengarkan sajian lagu atau
berita, memiliki nuansa tersendiri. Tidak kalah asyiknya dibanding melihat
tayangan di televisi. Mendengarkan siaran radio FM bisa dijadikan sebagai
sarana hiburan dan mendapatkan informasi. Rangkaian Tuner FM .
Rangkaian
Oscilator Hartley banyak digunakan pada rangkaian penerima radio AM dan FM.
Frekuensi resonansi ditentukan oleh harga T1 dan C1 . Kapasitor C 2 berfungsi
sebagai penggandeng AC ke basis Q1 . Tegangan panjar Q1 diberikan oleh resistor
R2 dan R1 . Kapasitor C 4 sebagai penggandeng variasi te
Rangkaian Radio
Saku AM. Sekarang saya akan menyajikan bentuk rangkaian yang dasarnya masih
menggunakn IC. Dan untuk kali ini dasar rangkaiannya menggunakan IC tipe ZN415.
Selain itu masing-masing IC mempunyai keistimewaan sendiri. IC ini mempunyai
kualitas yang sangat baik dan cuma memerlukan catu.
Sekarang
banyak dijumpai penerima FM yang bekerja
pada frekeunsi tinggi yang cantik dalam
pembuatannya cukup sulit. Kumparan yang digunakan
dalam penerima FM ada dua membuat
praktis dan mudah direalisasi. Sebagaimana yang
dapat dilihat piranti.
2.
Apa
yang dimaksud dengan decoder dan encoder dan bandingkan.
Jawab :
-
Decoder adalah rangkaian logika yang menerima input –input
biner dan mengaktifkan salah satu outputnya sesuai dengan urutan biner inputnya.
-
Encoder
merupakan
pengkode yang menterjemahkan
keaktifan salah satu inputnya menjadi urutan bit-bit biner. Encoder terdiri dari
beberapa input line, hanya salah satu dari input-input tersebut diaktifkan pada
waktu tertentu, yang selanjutnya akan menghasilkan kode output N-bit. Rangkaian
encoder merupakan aplikasi dari gerbang or.
-
Perbedaannya
yaitu :
decoder: mengonversikan bentuk biner menjadi bentuk
decimal, atau bentuk hasil encoder diubah kembali ke semula.
encoder : Mengonversikan bentuk desimaal
menjadi bentuk biner
3. Rangkai sebuah decoder yaitu dengan 3 masukan dan 8 keluaran dengan memakai
gerbang AND.
Jawab :
![]() |
|||
![]() |
thanks gan sudah share
BalasHapusflux pasta